I. Pembuatan Besi Tuang
Besi Tuang terbuat dari besi kasar (pig
iron) hasil tanur tinggi dari bijih besi. Kemudian besi kasar dilebur kembali
agar bisa menjadi besi tuang. Peleburan besi tuang biasanya dilakukan dalam
tungku yang sering disebut Kupola.
Bentuk dan konstruksi Kupola
tersebut hampir sama dengan konstruksi tanur tinggi (blast furnace). Bahan baku
yang dilebur terdiri dari batang logam besi kasar yang dihasilkan dari proses
tanur tinggi. Bahan baku yang dilebur terdiri dari ingot besi kasar yang
dihasilkan dari proses tanur tinggi, ditambah dengan skrap baja ataupun skrap
besi tuang (return scrap). Disamping itu penambahan bahan-bahan seperti
ferosilikon (FeSi) dan feromangan (FeMn) sering pula dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk menaikkan kembali kadar Si dan Mn dalam besi tuang karena
sebagian dari kedua unsur tersebut biasanya berkurang (hilang) akibat oksidasi
pada saat peleburan.
Bahan bakar yang digunakan adalah
kokas dan dimasukkan ke dalam Kupola selang seling dengan muatan logam. Proses
pembakaran terjadi dengan meniupkan udara ke dalam Kupola dengan menggunakan Blower.
Untuk mendapatkan proses peleburan yang baik maka perbandingan antara
muatan logam, bahan bakar dan kebutuhan udara harus dijaga sebaik mungkin.
Disamping membutuhkan bahan-bahan
seperti yang disebutkan diatas, ke dalam Kupola juga ditambahkan sejumlah batu
kapur. Bahan ini dapat membantu pembentukan terak (slag) yang dapat mengikat
kotoran-kotoran sehingga memisahkannya dari besi cair.
Proses peleburan besi tuang dengan
Kupola biasanya terjadi secara kontinyu artinya begitu muatan logam mencair
maka langsung mengalir keluar tungku. Logam cair yang keluar dari Kupola
ditampung pada alat perapian depan (forehearth) yang kemudian diangkut dengan
menggunakan ladel untuk dituang ke dalam cetakan. Dengan proses peleburan
seperti itu maka sering kali mempersulit untuk melakukan pengaturan komposisi
kimia. Hal ini dapat mengakibatkan daerah komposisi kimia yang dihasilkan
menjadi lebar sehingga memberikan variasi pula terhadap kualitas produk yang
dibuat.
Disamping itu kekurangan lainnya
pada proses peleburan dengan Kupola yaitu logam cair mudah mengalami
kontaminasi oleh sulfur atau unsur-unsur lainnya yang disebabkan oleh bahan
bakar kokas. Pengotoran karena sulfur ini dapat menurunkan sifat-sifat besi
tuang.
Karena kekurangan-kekurangan di
atas, maka dewasa ini banyak pabrik pengecoran menggunakan tungku listrik untuk
menggantikan Kupola. Tungku listrik yang banyak digunakan adalah dari jenis
tungku induksi. Bahan baku yang dilebur pada umumnya tidak menggunakan besi
kasar melainkan sebagian besar berupa skrap baja atau skrap besi tuang.
Peleburan dengan tungku ini dapat menghasilkan logam cair dengan komposisi
kimia yang lebih konsisten dengan kadar impuritas yang lebih rendah karena
bahan baku yang dilebur biasanya berupa skrap baja, maka untuk menaikkan kadar
karbon agar mencapai kadar yang sesuai untuk besi tuang biasanya dilakukan
dengan memasukkan sejumlah arang kayu ke dalam tungku. Berikut ini adalah
gambar proses peleburan dan penuangan besi tuang
Gambar proses pembuatan besi tuang
Dalam pemakaian di industri, ada
tiga jenis besi tuang yang banyak digunakan, yaitu : besi tuang kelabu (grey
cast iron), besi tuang ulet atau besi tuang nodular (nodular cast iron) dan
besi tuang putih (white cast iron). Ketiga jenis besi tuang ini mempunyai
komposisi kimia yang hampir sama yaitu : 2,55 - 3,5 %C, 1-3 %Si, Mn kurang dari
1% sedangkan S dan P dibatasi antara 0,05-0,10 % (maksimum). Walaupun komposisi
kimianya hampir sama, tetapi karena prosesnya berbeda maka struktur dan
sifat-sifat dari ketiga besi tuang tersebut berbeda.
II. Klasifikasi Besi Tuang
Sebelum kita
masuk ke dalam klasifikasi besi tuang, kita harus mengenal tentang diagram besi
tuang. Jika kita sudah mengenal gambar diagram besi tuang, kita bisa mengubah
sifat dan struktur besi tuang yang di inginkan. Berikut dibawah ini gambar
diagram besi tuang.
Gambar Diagram Fe3C
1. Besi Tuang Kelabu
Untuk
memperoleh besi tuang kelabu kita harus berpangkal pada besi kasar kelabu. Besi
kasar kelabu memiliki kadar silikon yang tinggi (kurang lebih 5,5 sampai 50%)
dan kadar mangan yang rendah. Karena itu pembentukan karbon bebas jadi
meningkat. Jadi besi tuang kelabu setelah didinginkan mengandung grafit. Grafit
tersebut terdapat dalam besi-tuang berupa pelat-pelat tipis. Besi tuang kelabu
memperoleh namanya dari bidang patahan yang berwarna kelabu, yang disebabkan
oleh grafit hitam.
Gambar struktur besi tuang kelabu
2. Besi Tuang Putih
Untuk memperoleh besi tuang putih,
kita harus berpangkal pada besi kasar putih. Besi kasar putih itu memiliki
kadar silikon yang rendah (kurang lebih 0,5%) dan kadar mangan yang tinggi.
Dengan demikian pembentukan sementit digiatkan. Karena kadar silikon yang
sangat rendah hanya terbentuk sementit. Jadi untuk besi tuang putih hanya
diagram menstabil yang penting.
Dengan demikian besi tuang putih
setelah didinginkan tediri dari perlit dan sementit. Besi tuang putih dengan
kadar karbon 2.5% sampai 3.6% mengandung banyak sementit. Dengan adanya kadar
yang besar dari sementit yang sangat keras,akan tetapi rapuh itu, besi tuang
putih memperoleh kekerasan sangat besar, akan tetapi kekuatan tarik yang sangat
rendah dan regangan yang sangat kecil
Gambar struktur besi tuang putih
3. Besi Tuang mampu tempa
Untuk memperoleh besi tuang yang
dapat di tempa, kita harus berpangkal pada besi tuang putih. Bahan ini
dipanaskan sampai kurang lebih 900 °C dan dibiarkan beberapa hari pada suhu
tersebut. Besi tuang jenis ini dibuat dari besi tuang putih dengan melakukan
heat treatment kembali yang tujuannya menguraikan seluruh gumpalan grafit akan terurai
menjadi matriks ferrit, pearlit, martensit. Besi tuang ini juga mempunyai sifat
yang mirip dengan baja
Gambar struktur besi tuang mampu tempa
4.
Besi Tuang Nodular
Untuk memperoleh besi tuang noduler,
kita harus berpangkal pada besi kasar kelabu. Besi kasar kelabu memiliki kadar silikon
yang tinggi (kurang lebih 5,5 sampai 1,5%), dan kadar mangan rendah. Karena itu
pada pendinginan perlahan-lahan pembentukan karbon bebas akan meningkat. Karena
selama fabrikasi dimasukkan magnesium ke dalam bahan, maka karbon bebas itu
terjadi berupa bola. Bola-bola itu dinamakan nodul. Nodul grafit memberikan
pengurangan penampang yang lebih kurang dan tidak menyebabkan pengerjaan takik.
Besi tuang noduler, setelah
pendinginan dan setelah pengerjaan pemijaran terutama dari ferit, perlit, dan
grafit. Karena adanya ferit atau perlit dan karena bentuk nodul grafit yang
sangat menguntungkan, maka besi tuang noduler memiliki kekuatan tarik yang
tinggi dan regangan yang besar.
Gambar struktur besi tuang nodular
III. Standard dan kodifikasi
Terdapat berbagai macam standard dan
kodifikasi dalam menentukan jenis besi tuang. Sbeberapa contohnya :
SAE
(Society of Automotive Engineers)
AISI
(American Iron and Steel Institute)
UNS
(Unified Numbering System)
1. SAE
Sistem
SAE hanya menggunakan nomor - nomor angka.
Angka
pertama menunjukkan tanda ‘group Baja´, misal:
1. Unalloy
steel 10XX
2. Nickel
Steel 23XX
3. Chromiun
steel 32XX
Dua
angka terakhir, bila penomoran 4 digit atau tiga angka terakhir bila penomoran
5 digit menunjukkan rata-rata kandungan karbon per-seratus ( % C ), contoh:
1. SAE 1055,
artinya Unalloy steel mengandung 0,55 % C
2. SAE 2345,
artinya Ni- steel mengandung 0,3 % Ni, 0,45 % C
3. SAE 52100,
artinya Cr-steel mengandung 1,45 % Cr, 1,0 C
2. AISI
Bila terdapat huruf didepan angka maka huruf tersebut
menunjukkan proses pembuatan bajanya
1. A = Basic Open-hearth
2. B = Acid Bassemer
3. C = Basic Open-Heath
4. D = Acid Open-Heath
5. E = Electric Furnace
3. UNS
UNS
terdiri dari huruf diikuti oleh lima nomor. Sistem ini hanya menunjukkan
komposisi kimia dari metal atau paduannya dan bukan menunjukkan standar atau
spesifikasi dari metal tersebut
F00001-F99999
|
Cast irons
|
F10001-F15501
|
Cast Iron, Gray
|
F10090-F10920
|
Cast Iron Welding Filler Metal
|
F20000-F22400
|
Cast Iron, Malleable
|
F22830-F26230
|
Cast Iron, Pearlitic Malleable
|
F30000-F36200
|
Cast Iron, Ductile (Nodular)
|
F41000-F41007
|
Cast Iron, Gray, Austenitic
|
F43000- F43030
|
Cast Iron, Ductile (Nodular),
Austenitic
|
F45000 F 45009
|
Cast Iron, White
|
F47001-F47006
|
Cast Iron, Corrosion
|
IV. Pengaruh unsur paduan
Besi Cor terbuat dari paduan besi -
karbon - silikon dengan unsur tambahan lainnya. Seperti halnya bahan campuran
yang lainnya, besi cor juga bisa dipengaruhi unsur-unsur kimia.
Seperti tingginya kadar karbon
menyebabkan besi cor bersifat rapuh dan tidak dapat ditempa. Unsur-unsur paduan
yang dimasukan ke dalamnya seperti : karbon, silicon, mangan, fosfor dan
belerang akan berpengaruh besar pada pembentukan sifat fisik/mekaniknya. Secara
detailnya akan dibahas sebagai berikut :
1. Karbon
(C)
Besi yang mengandung kadar karbon
> 2 % adalah besi cor dan besi cor kelabu (3 - 4 %). Kadar karbon ini
tergantung dari jenis besi kasarnya, besi bekas dan yang diserap dari kokas
selama proses peleburan. Sifat fisis logam selain tergantung pada kadar karbon,
juga ditentukan oleh bentuk karbon (grafit)nya. Morfologi grafit tergantung
dari laju pendinginan dan kadar silikon. Kadar silikon yang tinggi memperbesar
kemungkinan pembentukan grafit. Grafit meningkatkan kemampuan permesinan.
Kekuatan dan kekerasan besi meningkat dengan bertambahnya kadar karbon.Bila
karbon terikat pada besi tuang sebagai sementit akan diperoleh besi tuang
putih, dan bila karbon terikat sebagai grafit akan diperoleh besi tuang kelabu
2. Belerang
(S)
Belerang sangat merugikan, karena
menyebabkan terjadinya lubang-lubang (blow holes) akibat membentuk
ikatan dengan karbon dan menurunkan fluiditas sehingga mengurangi kemampuan
tuang besi cor. Jadi, selama proses peleburan selalu diusahakan untuk
mengikatnya, antara lain dengan menambahkan ferromangan. Setiap kali melebur
besi cor, kadar belerang akan meningkat sebesar 0,03 % yang berasal dari bahan
bakar.
3. Fosfor
(P)
Bahan ini membuat besi mudah mencair
dan bertambah getas. Bila kandungan fosfor tidak lebih dari 0,3%, besi tuang
menjadi kehilangan kekerasannya. Dan tidak mudah dikerjakan. Bila besi yang
diinginkan amat halus dan tipis kandungan fosfornya bervariasi sekitar 1 sampai
1,5%.
4. Silikon
(Si)
Silikon bersama-sama dengan besi
dalam bentuk massa. Bila kandungan silikon kurang dari 2,5% menjadi besi
bersifat lebih mudah di tuang. Silikon juga mengurangi besar susut pengerasan
maupun menjadikan besi bersifat lunak. Kandungan kadar silikon sampai 3,25 %
bersifat menurunkan kekerasan besi. Sebaliknya kelebihan silikon diatas 3,25 %
akan membentuk ikatan yang keras dengan besi, sehingga meningkatkan kekerasan
besi. Kadar silikon menentukan berapa bagian dari karbon terikat dengan besi
dan berapa bagian membentuk grafit (karbon bebas) setelah tercapai keadaan
setimbang. Pada benda coran yang kecil dianjurkan menggunakan kadar silicon yang
tinggi dan yang besar dengan kadar yang lebih rendah. Untuk memperoleh paduan
yang tahan asam dan tahan korosi, sebaiknya diberi kadar silicon 13 - 17 %.
Besi tuang kelabu berkadar silicon rendah mudah untuk perlakuan panas. Silikon
yang mungkin hilang selama proses peleburan berkisar ± 10 %.
5. Mangan
(Mn)
Mangan merupakan unsur deoksidasi,
pemurni sekaligus meningkatkan fluiditas, kekuatan dan kekerasan besi. Bila
kadarnya ditingkatkan, kemungkinan terbentuknya ikatan kompleks dengan karbon
meningkat dan kekerasan besi cor akan naik. Jumlah mangan yang hilang selama
proses peleburan berkisar antara 10-20 %. Kandungan mangan tidak boleh lebih
dari 0,1%.
V. Sifat Mekanis dari Besi Tuang
Keras
dan mudah melebur/mencair
Getas
sehingga tidak dapat menahan benturan
Temperatur
meleleh 1250°
Kekuatan
tarik menurun
Regangan
menurun
Sangat tahan terhadap karat (jauh lebih baik daripada baja)
Tidak
dapat di beri muatan magnit
Tidak
dapat disambung dengan las dan paku keling, disambung dengan baut dan sekrup.
Kuat
dalam menahan gaya tekan, lemah dalam menahan tarik kuat tekan sekitar 600 Mpa,
kuat tarik 50 Mpa
Menyusut
waktu pendinginan/waktu dituang.
Besi tuang hampir bisa dicetak dalam
bentuk apa saja.
Bisa tahan terhadap tekanan yang
besar
VI. Kegunaan
Kerangka mesin, seperti mesin bubut, mesin ketam, dan alat
pengepres
Psabuk-V dalam motor dan mesin
Besi silinder
Pipa yang menahan tekanan dari luar sangat tinggi
Tutup lubang saluran drainasi dan alat saniter lain
Bagian mesin, blok mesin
Pintu gerbang,tiang lampu
Sendi, rol jembatan.
VII. Masalah dan solusinya
Mengapa
Cast Iron jika di Las Sering terjadi retak?
Keretakan
pada proses pengelasan Cast Iron, ada beberapa faktor yang saling dukung mendukung
sehingga memudahkan terjadinya Crack.
Faktor
utamanya adalah :
- Chemical
Composition : %C = Carbon terlalu tinggi. Unsur C yang tinggi memang akan
menurunkan Titik Lebur baja, antara proses peleburan dan penuangan di
cetakan lebih mudah. Tetapi karena sifatnya yang lunak akan menjadi sumber
keretakan di paduan Besi Cor, apalagi yang C nya berbentuk Flake. %P=
Posphor dan %S= Sulfur Tinggi. Dalam paduan Fe, kadar P dan S tidak boleh
lebih besar dari keteentuan. Karena lebih dari itu akan menyebabkan sumber
keretakan. Dalam proses pengecoran, unsur P dan S sangat diperlukan untuk
meningkatkan mampu alir dari cairan besi.
- Faktor-faktor
lain seperti bentuk yang kompleks dan lain tidak banyak berpengaruh,
karena kebanyakan pada proses pengelasan Cast Iron, keretakan terjadi pada
daerah HAZ.
- Bagaimana
pengaruh Oli dll ? Pengotor seperti ini lebih banyak berpengaruh terhadap
terjadinya Porosity pada weld metal.
Untuk
menghindari terjadinya keretakan pada cast iron dengan cara sebagai berikut :
- Gunakan
kawat las Nickel.
- Kontrol
heat input dan Cooling rate
- Sebelum
mengelas harus dibersihkan terlebih dulu dari misalnya Oli, cat, dan
lain-lain.
Pada
umumnya Besi Tuang (Cast Iron) mempunyai bentuk yang rumit suatu contoh (PIPE
FITTING, SPROKECT, PUMP, CRANK SHAFT MESIN MOBIL dan beberapa peralatan yang
lain dengan ukuran besar.
Dengan adanya bentuk yang rumit besi
tuang tersebut sedikit banyak mempunyai ketebalan yang tidak seragam hal ini
akan mempengaruhi konstraksi tegangan yang terjadi pada material tersebut dan
mudah terjadi retak.
Untuk menghindari timbulnya
keretakan pada sebuah besi tuang karena ketegangan akibat konstraksi tegangan
selama pengelasan sering dilakukan dengan memperluas bidang yang dipanasi
dengan PREHEATING untuk menyeimbangkan KONTRAKSI TEGANGAN dalam hal ini ada
metode yang dilakukan dalam preheating :
- PREHEATING
SETEMPAT.Tujuannya untuk menghambat tingkat pendinginan sambungan las.
- PREHEATING
KESELURUHAN.Mempunyai fungsi untuk melepaskan tegangan internal yang
tersembunyi dan untuk memperlambat pendinginan pengelasan. Hal ini cocok
untuk material yang mempunyai bentuk rumit Seperti RODA GIGI, SPROKET dsb