Search

Senin, 02 Juli 2012

Mesin Bubut


1        Mesin Bubut (Engine Lathe)
Mesin bubut mungkin adalah salah satu dari mesin perkakas yang pertama kali dikembangkan, mengingat bahwa mesin ini sangat banyak kegunaannya karena dapat meraut atau memotong material bentuk silindris.

Gambar  Mesin Bubut (Engine Lathe)

Bagian-bagian Mesin Bubut dan Kegunannya
1. Head Stock                         : Tempat pengaturan kecepatan pemotongan (speed of cut)
2. Spindel                                : Bagian yang meneruskan putaran mesin ke benda kerja sehingga benda kerja dapat berputar, serta tempat melekatnya benda kerja
3. Chuck                                  :  Pemegang benda kerja
4. Dead center                       : Untuk menunjang ujung benda kerja, center ini tidak berputar bersama benda kerja
5. Tail cock spindle                 : Tempat melekatnya dead center. Disamping itu dapat juga untuk meletakkan drill chuck untuk drilling
6. Tail shock spindle               : Bagian belakang (ekor) mesin bubut, untuk menunjang ujung benda kerjadengan perantaraan dead center yang dilekatkan pada tail shock spindle.
7. Tail shock handwheel         : Untuk memajukan atau memundurkan posisi dead center agar kedudukan benda kerja dapat diatur dengan baik. Disamping itu apabila kedudukan tail stock dipasang mata bor, maka stock handwheel dapat juga digunakan sebagai gerak pemakanan (feeding motion).
8. Bed                                     : Bagian yang menunjang head stock, tail stock. Sedangkan bagian atas dari  bed disebut ways.
9. Leg                                      : Kaki mesin bubut, terdapat hanya pada mesin yang kecil.
10. Carriage                             : Bagian yang dapat bergeser dengan arah longitudinal sepanjang bed, memukul bagian lain-lain diatasnya yaitu cross side, dll.

11. Cross slide                         :  Apabila bagian yang melintang sumbu mesin bubut terletak diatas carriage untuk mengadakan gerak pemakanan melintang (cross feed).
12. Compound rest                 : Tempat melekatnya tool post
13. Tool post                           : Tempat melekatnya pahat (cutting tool)

Proses Operasional Mesin Bubut
Macam-macam operasional yang bisa dilakukan dengan mesin bubut:
1.      Turning
Proses pemotongan permukaan silindris dari suatu benda kerja dimana pemakanan tersebut rata pada semua sisinya.
2.      Facing
Pada proses ini pahat bergerak memotong ujung benda kerja yang berputar untuk menghasilkan suatu permukaan yang rata.
3.      Tapering
Proses ini sama dengan facing, hanya berbeda hasil yang diperoleh yaitu berupa tyrus atau taper.
4.      Drilling
Pada proses drilling dengan menggunakan mesin bubut, maka drill head dipasang pada tail stock sehingga dapat memegang pahat drill yang akan melubangi benda kerja yang berputar pada chuck.
5.      Boring
Proses memperbesar lubang dimana lubang tersebut dihasilkan dari proses drilling atau lubang-lubang hasil tuangan.
6.      Reaming
Proses untuk menghasilkan lubang yang memerlukan ketelitian tinggi.
7.      Knurling
Proses penekanan suatu pahat knurling kedalam permukaan benda kerja.
8.      Threat Cutting
Proses pembuaan ulir dalam atau ulir luar.

Proses Kerja Mesin Bubut
a.        Jika letak pahat diatas sumbu, maka garis sumbu dan sudut tatal/ geram membuat sudut lebih besar dan sudut bebasnya berkurang. Akibatnya ia akan melentur dan sisi depan bagian bawah akan masuk lebih dalam pada benda kerja.
b.      Ujung sisi potong pahat harus disesuaikan tepat pada gerakan sumbu benda kerja.
c.       Jika letak pahat dibawah sumbu, maka besarnya sudut antara garis sumbu dan sudut geram akan berkurang dan sudut bebasnya menjadi besar. Kedudukan pahat yang demikian adalah jelek dan benda kerja akan terangkat.


Kehalusan Permukaan
Kehalusan permukaan dapat diukur dengan alat surface roughness tester. Kehalusan permukaan dinyatakan dalam besaran Ra (roughness average). Kehalusan permukaan akan berpengaruh pada:
1.      Kekuatan material
2.      Ketahanan korosi
3.      Kelelahan material

REGULATOR ACETYLENE


REGULATOR ACETYLENE

Alat bantu dan alat ukur merupakan bahan objek yang dapat memudahkan pengguna untuk mengukur dan mengatur besaran suatu tekanan. Terdapat berbagai jenis alat bantu dan ukur diantaranya, Thermometer yang digunakan untuk mengukur suhu, Penggaris digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, Regulator biasanya digunakan untuk mengukur suat  tekanan gas yang akan dipakai, dan lain sebagainya. Mengatur adalah mengendalikan suatu objek sehingga dapat memberikan besaran yang hendak dipakai. Pengertian di atas memberikan suatu acuan untuk mengetahui apa yang harus dipergunakan apabila ingin melakukan pengukuran dengan menggunakan alat bantu.
Regulator adalah alat pengatur tekanan yang berfungsi sebagai penyalur dan mengatur serta menstabilkan tekanan gas yang keluar dari tabung supaya aliran gas menjadi konstan.

Gambar regulator asetilen

Regulator yang akan dibahas, yaitu Regulator Acetylene atau pada umumnya dikenal dengan Regulator Oksi-Asetilen. Regulator tersebut biasanya dipakai sebagai pengatur besaran tekanan gas yang digunakan untuk proses pengelasan. Pada Regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung,alat pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang. Pada regulator terdapat dua buah alat pengukur tekanan yang disebut manometer. Dua buah manometer yang terdapat pada regulator berfungsi untuk:
a)      Mengukur tekanan isi tabung gas.
b)      Mengukur tekanan kerja las.

Gambar dua buah alat pengukur pada regulator asetilen

            Pada dasarnya, regulator bekerja dengan mengenali tekanan tinggi silinder melalui katup dioperasikan oleh diafragma fleksibel. Dengan memutar tombol pengatur penyesuaian membuat pegas pada regulator untuk mengoperasikan diafragma yang membuka atau menutup katup pada regulator. Pada umumnya, regulator memiliki dua alat pengukur. Salah satunya menunjukkan masuknya tekanan dari silinder (pengukur tekanan tinggi) dan yang lainnya menunjukkan bahwa tekanan kerja dipasok dari regulator (pengukur tekanan rendah)
            Ada dua jenis umum regulator yaitu first stage dan two stage. Keduanya melakukan fungsi yang sama namun pada regulator two stage akan memberikan tekanan yang lebih konstan sebagai tekanan silinder turun kompensasi untuk setiap penurunan tekanan silinder akan lebih baik daripada regulator single stage. Two stage regulator dapat diidentifikasi dengan mengetahui ruang tekanan kedua mereka di mana single stage hanya mempunyai satu. Pada umumnya  batas tekanan yang di tunjukkan pada regulator asetilen adalah 15 psig. Oleh karena itu, tekanan pada silinder oksigen atau asetilen tidak boleh melebihi batas tekanan karena dapat menyebabkan silinder oksigen atau asetilen meledak
Petunjuk praktek penggunaan Regulator:
1.      Peganglah regulator pada badannya jangan pada manometernya.
2.      Sebelum membuka katup silinder, tutup katup regulator terlebih dahulu dengan cara memutar baut pngatur berlawanan arah dengan jarum jam hingga terasa longgar.
3.      Ketika mengatur tekanan kerja, putarlah baut pengatur perlahan – lahan searah dengan jarum jam. Tekanan gas yang tinggi dan tiba – tiba akibat pembukaan baut pengatur secara cepat dan merusak membran dan manometer.
4.      Berdirilah disamping manometer ketika mengatur tekanan kerja.
5.      Jangan mengotori regulator dengan minyak atau pelumas.
6.      Pastikan regulator bekerja dengan baik dan segera ganti bila regulator rusak.

Laporan Las


I.     PENGERTIAN LAS LISTRIK
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Pada pengelasan dengan las listrik, panas yang dihasikan berasal dari busur listrik yang timbul dari menempelnya benda kerja dengan elektroda. Elektroda pengisian dipanaskan mencapai titik cair dan diendapkan pada sambungan, hingga terbentuk sambungan las. Panas yang dihasilkan oleh busur listrik mencapai 55000C. Pada saat pengelasan menggunakan las listrik, dilepaskan energi dalam jumlah yang sangat besar dalam bentuk panas dan cahaya ultraviolet. Agar mata kita terlindungi dari sinar  ultra violet ini, kita harus menggunakan kacamata pelindung yang mampu, menangkal cahaya tersebut demi keselamatan kerja.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.

II.  HASIL PERCOBAAN
Berdasarkan percobaan, pengelasan yang telah saya lakukan adalah sebagai   berikut :
1.      Persiapan Alat dan Bahan untuk proses pengelasan:
a.       Helm Ias
Helm las maupun tabir las digunakan untuk melindungikulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra violet danultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata,Helmlas ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihatdangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Oleh karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang dapat menahan sinar las dengan kaca las. Ukuran kaca las yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan.
Gambar 1.a Helm Las

b.      Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk menghindari bahaya seperti memegang benda plat yang masih dalam kondisi sangat panas.
Gambar 1.b Sarung Tangan

c.    Apron
Apron adalah alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau dari asbes. Ada beberapa jenis apron yang digunakan yaitu apron dada dan apron lengan

Gambar 1.c Apron




d.      Tang
Tang digunakan untuk memegang benda plat uji yang masih dalam kondisi panas berlebih.

Gambar 1.d Tang

e.       Palu
Palu digunakan untuk membuang ( mengeluarkan ) hasil sisa dari pengelasan benda uji plat.

Gambar 1.e Palu

f.       Sikat pembersih
Sikat Pembersih biasanya digunakan untuk  membersihkan kotoran sisa las-lassan yang masih ada. Bulu sikat ini terdiri dari kawat yang berdiameter kecil.

Gambar 1.f Sikat Pembersih

g.      Pemegang elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektrodadijepit dengan pemegang elektroda.Pemegang elektroda terdiri dari mulutpenjepit dan pegangan yang dibungkus olehbahan penyekat. Pada waktu berhenti atauselesai mengelas, bagian pegangan yangtidak berhubungan dengan kabeldigantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
Gambar 1.g Pemegang elektroda

h.      Filler electrode
Filler electrode fungsinya untuk memberikan lelehan cairan yang akan digunakan untuk pengelasan. Penggunaan filler bersamaan dengan alat las.
 
Gambar 1.h Filler Elektrode

i.        Benda plat uji
Benda plat uji yang akan digunakan sebagai media pengelasan.
 
Gambar 1.i Benda Plat Uji

2.    Langkah Kerja :
a.       Pertama- tama, memakai pakaian standar proses pengelasan yaitu helm las, apron, dan  sarung tangan
b.      Menyiapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan seperti tang, palu dan sikat pembersih.
c.       Meyiapkan atau mengambil bahan filler elektrode dan benda uji platnya.
d.      Menyalakan power switch. Bila tuas ditekan kearah bawah maka akan mati. Sebaliknya bila ingin dinyalakan ,maka tekan tuas ke arah atas ( Gambar 2.d).

Gambar 2.d Power Switch  yang telah on

e.       Mengatur berapa besar arus ampere yang akan kita gunakan. Untuk setiap jenis pengelasan, kuat arus yang digunakan berbeda.
f.       Mencapit ujung filler elektroda dengan pemegang elektroda.

Gambar 2.f Cara pencapitan filler elektroda

g.      Menggunakan teknik starting untuk menyalakan api filler elektroda
Gambar 2.g Teknik Starting

h.      Setelah api menyala, mengelas benda uji plat dengan gerakan zig-zag

Gambar 2.h Gerakan Zig Zag

i.        Melakukan gerakan zig zag sampai filler elektroda abis

3.    Rumusan masalah :
a.       Jenis plat yang digunakan
b.      Daftar elektrode yang digunakan
c.       Berapa arus ampere yang digunakan
d.      Berapa tegangan voltase  yang digunakan
e.       Apakah menggunakan arus AC atau DC
f.       Berapa kecepatan pengelasannya
g.      Apakah terdapat cacat las, jika iya dimana dan bagaimana

Berdasarkan hasil rumusan masalah yang diatas, maka diperoleh :
a.       Jenis plat yang digunakan
Plat yang digunakan adalah jenis Plat Besi Tuang atau bisa disebut “Plat Bagong” (Gambar 3.a).

Gambar 3.a Plat Besi Tuang

b.      Daftar elektrode yang digunakan
Yaitu menggunakan elektrode Familiarc RB-26 yang berdiameter 3.2 mm (Gambar 3.b )
Untuk klasifikasinya yaitu :
-          Klasifikasi JIS E 4313 dan AWS E 6013
-          Tipe covering high Titania
-          Penggunaan untuk Mild Steel

Gambar 3.b Keterangan jenis elektrode yang digunakan



c.       Berapa arus ampere yang digunakan
-            Untuk las Flate (1-D) , menggunakan 105 Ampere
-            Untuk las F-1 (T), menggunakan 145 Ampere kuat arus

d.      Berapa tegangan voltase  yang digunakan
Tegangan voltase yang digunakan yaitu 415 Volt (Gambar 3.d ).

Gambar 3.d Keterangan tegangan voltase yang digunakan

e.       Apakah menggunakan arus AC atau DC
Pada pengelasan ini,menggunakan jenis arus las AC sebesar 300 (Gambar 3.e ).

Gambar 3.e Keterangan jenis arus yang digunakan

f.       Berapa kecepatan pengelasannya
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kecepatan pengelasan kira – kira sebesar
-          Untuk Las Flate, diperoleh ± 110 detik tiap filler habis. Sehingga untuk pemakaian 3 filler akan diperoleh kecepatan ± 330 detik.
-          Untuk Las F-1 (T), diperoleh ± 130 detik tiap bagian. Sehingga untuk 2 sisi bagian ± 260 detik.

g.      Apakah terdapat cacat las, jika iya dimana dan bagaimana
Berdasarkan hasil pengelasan, jelas terlihat adanya cacat las. Diantaranya sebagai berikut :
Pada posisi las Flat :
-          Timbul stress cracking. Hal ini dikarenakan suhu pengelasan dan tekanan yang tidak benar, batang filler dan logam dasar berbeda komposisinya. Maka Sebaiknya mengunakan suhu las yang sesuai dan penggunaan bahan material yang  hampir sama.
-          Terjadi poor appearance. Hal ini dikarenakan tekanan yang tidak konstan,jangkauan pengelasan busur api yang berlebihan dan panas yang tidak rata. Sebaiknya diantisipasi dengan berlatih dahulu agar terbiasanya menggunakan batang filler, terbiasa memegang batang filler pada sudut yang tepat dan gunakan pergerakan yang lambat dalam pengelasan.

Pada posisi las F1(T) :
-          Terbentuknya kawah (crater)
-          Adanya sambungan yang tidak lurus atau tidak segaris (missalignment)
-          Terjadi miscellaneous defect, permukaan las berserakan (spatter)
-          Terbentuk cavities,terak yang terperangkap di dalam las-lasan
-          Terjadi poor appearance. Hal ini dikarenakan tekanan yang tidak konstan,jangkauan pengelasan busur api yang berlebihan dan panas yang tidak rata. Sebaiknya diantisipasi dengan berlatih dahulu agar terbiasanya menggunakan batang filler, terbiasa memegang batang filler pada sudut yang tepat dan gunakan pergerakan yang lambat dalam pengelasan.