I.
PENGERTIAN LAS LISTRIK
Las busur listrik adalah salah satu
cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang
diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena
busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan
busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari
elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi
celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah
kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik
cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur
listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga
akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur
sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh
panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan
elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan
diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi
kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian
dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Pada pengelasan dengan las listrik, panas yang dihasikan
berasal dari busur listrik yang timbul dari menempelnya benda kerja dengan
elektroda. Elektroda pengisian dipanaskan mencapai titik cair dan diendapkan
pada sambungan, hingga terbentuk sambungan las. Panas yang dihasilkan oleh
busur listrik mencapai 55000C.
Pada saat pengelasan menggunakan las listrik, dilepaskan energi
dalam jumlah yang sangat besar dalam bentuk panas dan cahaya ultraviolet.
Agar mata kita terlindungi dari sinar ultra
violet ini, kita harus menggunakan kacamata pelindung yang mampu, menangkal
cahaya tersebut demi keselamatan kerja.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu
elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos
terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya
digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan
memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan
dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las
berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan
komersil.
II. HASIL
PERCOBAAN
Berdasarkan percobaan, pengelasan yang telah saya lakukan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Alat dan Bahan untuk proses pengelasan:
a. Helm Ias
Helm
las maupun tabir las digunakan untuk melindungikulit muka dan mata dari sinar
las (sinar ultra violet danultra merah) yang dapat merusak kulit maupun
mata,Helmlas ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar
ultra violet dan ultra merah tersebut. Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu
tidak boleh dilihatdangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Oleh karena itu
pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang dapat menahan sinar las
dengan kaca las. Ukuran kaca las yang dipakai tergantung pada pelaksanaan
pengelasan.
Gambar 1.a Helm Las
b.
Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk
menghindari bahaya seperti memegang benda plat yang masih dalam kondisi sangat
panas.
Gambar 1.b Sarung Tangan
c. Apron
Apron adalah alat pelindung
badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau dari asbes. Ada
beberapa jenis apron yang digunakan yaitu apron dada dan apron lengan
Gambar 1.c Apron
d. Tang
Tang digunakan untuk memegang
benda plat uji yang masih dalam kondisi panas berlebih.
Gambar 1.d Tang
e. Palu
Palu digunakan untuk membuang
( mengeluarkan ) hasil sisa dari pengelasan benda uji plat.
Gambar 1.e Palu
f. Sikat pembersih
Sikat
Pembersih biasanya digunakan untuk membersihkan kotoran sisa las-lassan yang
masih ada. Bulu sikat ini terdiri dari kawat yang berdiameter kecil.
Gambar
1.f Sikat Pembersih
g. Pemegang elektroda
Ujung yang tidak berselaput
dari elektrodadijepit dengan pemegang elektroda.Pemegang elektroda terdiri dari
mulutpenjepit dan pegangan yang dibungkus olehbahan penyekat. Pada waktu
berhenti atauselesai mengelas, bagian pegangan yangtidak berhubungan dengan
kabeldigantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
Gambar
1.g Pemegang elektroda
h. Filler electrode
Filler electrode fungsinya untuk
memberikan lelehan cairan yang akan digunakan untuk pengelasan. Penggunaan
filler bersamaan dengan alat las.
Gambar 1.h Filler Elektrode
i.
Benda plat uji
Benda plat uji yang akan digunakan
sebagai media pengelasan.
Gambar 1.i Benda Plat Uji
2.
Langkah Kerja :
a.
Pertama- tama, memakai pakaian standar proses pengelasan yaitu
helm las, apron, dan sarung tangan
b.
Menyiapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan seperti
tang, palu dan sikat pembersih.
c.
Meyiapkan atau mengambil bahan filler elektrode dan benda
uji platnya.
d.
Menyalakan power switch. Bila tuas ditekan kearah bawah
maka akan mati. Sebaliknya bila ingin dinyalakan ,maka tekan tuas ke arah atas
( Gambar 2.d).
Gambar 2.d Power Switch yang
telah on
e. Mengatur berapa besar arus ampere yang akan kita gunakan.
Untuk setiap jenis pengelasan, kuat arus yang digunakan berbeda.
f. Mencapit
ujung filler elektroda dengan pemegang elektroda.
Gambar
2.f Cara pencapitan filler elektroda
g. Menggunakan
teknik starting untuk menyalakan api filler elektroda
Gambar
2.g Teknik Starting
h. Setelah
api menyala, mengelas benda uji plat dengan gerakan zig-zag
Gambar
2.h Gerakan Zig Zag
i.
Melakukan
gerakan zig zag sampai filler elektroda abis
3.
Rumusan masalah :
a.
Jenis plat yang
digunakan
b.
Daftar elektrode
yang digunakan
c.
Berapa arus
ampere yang digunakan
d.
Berapa tegangan voltase yang digunakan
e.
Apakah
menggunakan arus AC atau DC
f.
Berapa kecepatan
pengelasannya
g.
Apakah terdapat
cacat las, jika iya dimana dan
bagaimana
Berdasarkan hasil rumusan
masalah yang diatas, maka diperoleh :
a.
Jenis plat yang
digunakan
Plat yang digunakan adalah jenis Plat Besi Tuang atau
bisa disebut “Plat Bagong” (Gambar 3.a).
Gambar
3.a Plat Besi Tuang
b.
Daftar elektrode
yang digunakan
Yaitu menggunakan elektrode Familiarc RB-26 yang
berdiameter 3.2 mm (Gambar 3.b )
Untuk klasifikasinya yaitu :
-
Klasifikasi JIS E 4313 dan AWS E 6013
-
Tipe covering high Titania
-
Penggunaan untuk Mild Steel
Gambar 3.b Keterangan jenis elektrode yang digunakan
c.
Berapa arus
ampere yang digunakan
-
Untuk las Flate (1-D) , menggunakan 105 Ampere
-
Untuk las F-1 (T), menggunakan 145 Ampere kuat arus
d.
Berapa tegangan voltase yang digunakan
Tegangan voltase yang digunakan yaitu 415 Volt (Gambar 3.d ).
Gambar 3.d Keterangan tegangan voltase yang digunakan
e.
Apakah
menggunakan arus AC atau DC
Pada pengelasan ini,menggunakan jenis arus las AC sebesar
300 (Gambar 3.e ).
Gambar 3.e Keterangan jenis arus yang digunakan
f.
Berapa kecepatan
pengelasannya
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kecepatan
pengelasan kira – kira sebesar
-
Untuk Las Flate, diperoleh ± 110 detik tiap filler habis. Sehingga untuk pemakaian 3
filler akan diperoleh kecepatan ± 330 detik.
-
Untuk Las F-1 (T), diperoleh ± 130 detik tiap bagian. Sehingga untuk 2 sisi bagian ± 260 detik.
g.
Apakah terdapat
cacat las, jika iya dimana dan
bagaimana
Berdasarkan hasil pengelasan, jelas terlihat adanya cacat
las. Diantaranya sebagai berikut :
Pada posisi las Flat :
-
Timbul stress cracking. Hal ini dikarenakan suhu
pengelasan dan tekanan yang tidak benar, batang filler dan logam dasar berbeda
komposisinya. Maka Sebaiknya mengunakan suhu las yang sesuai dan penggunaan
bahan material yang hampir sama.
-
Terjadi poor appearance. Hal ini dikarenakan tekanan yang
tidak konstan,jangkauan pengelasan busur api yang berlebihan dan panas yang
tidak rata. Sebaiknya diantisipasi dengan berlatih dahulu agar terbiasanya
menggunakan batang filler, terbiasa memegang batang filler pada sudut yang
tepat dan gunakan pergerakan yang lambat dalam pengelasan.
Pada posisi las F1(T) :
-
Terbentuknya kawah (crater)
-
Adanya sambungan yang tidak lurus atau tidak segaris
(missalignment)
-
Terjadi miscellaneous defect, permukaan las berserakan
(spatter)
-
Terbentuk cavities,terak yang terperangkap di dalam
las-lasan
-
Terjadi poor appearance. Hal ini dikarenakan tekanan yang
tidak konstan,jangkauan pengelasan busur api yang berlebihan dan panas yang
tidak rata. Sebaiknya diantisipasi dengan berlatih dahulu agar terbiasanya
menggunakan batang filler, terbiasa memegang batang filler pada sudut yang
tepat dan gunakan pergerakan yang lambat dalam pengelasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar